BOGOR, KOMPAS.com — Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin kembali menegaskan, Kementerian Pertahanan RI tak memiliki kebiasaan menyimpan data-data yang terkait militer di laptop.
Kementerian Pertahanan RI tak memiliki kebiasaan menyimpan data-data yang terkait militer di laptop.
"Kami memiliki pola sendiri," kata Sjafrie singkat kepada para wartawan di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (21/2/2011).
Namun, Sjafrie tak mengelaborasi pola yang dimaksud itu. Pada kesempatan tersebut Sjafrie kembali menegaskan, bahwa data yang dicuri tak berkaitan dengan data militer.
"Memang betul. Atase Pertahanan kita membantu proses penyelesaian itu sehingga terkesan ada dokumen militer di dalam (laptop). Atase pertahanan kita di Seoul dan atase pertahanan Korea ada di situ tak berarti ada masalah pembahasan pertahanan. Tak ada koneksitas dengan masalah pertahanan," kata Sjafrie.
Pencurian di Korsel Skandal Memalukan
JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua Komisi I dari Fraksi PDI-P TB Hasanuddin menilai insiden pencurian data laptop delegasi Indonesia di Korea Selatan sebagai skandal yang memalukan bagi Indonesia di dunia internasional. Data rahasia, apalagi terkait kerja sama militer dengan negara lain, seharusnya ditangani dan dilindungi secara ekstra hati-hati, apalagi ketika sedang berada di luar negeri.
"Saya yakin data yang dicuri bukan hanya terkait rencana pembelian T-50, melainkan lebih penting lagi, data soal rencana kerja sama rancang bangun purwarupa jet tempur Korean Fighter Experiment, yang akan berlangsung dua tahun ke depan. Targetnya, jet tempur itu sudah diproduksi mulai tahun 2020," tutur Hasanuddin.
Dia mengaku, persoalan kerja sama itu sudah pernah ditanyakan dalam rapat kerja komisinya dengan Kementerian Pertahanan, tiga pekan lalu, terutama lantaran pemerintah tidak pernah berkonsultasi dan meminta persetujuan DPR.
Jawaban pemerintah ketika itu, tambah Hasanuddin, kerja sama masih berada di tingkat teknis dan dilakukan antara PT Dirgantara Indonesia dan produsen Korsel saja sehingga tidak membutuhkan persetujuan DPR.
"Padahal, kerja sama seperti itu saja sudah berpotensi masalah karena artinya kita, kan, bekerja sama dengan sebuah negara yang sedang ada masalah dengan negara lain (konflik Korsel-Korut). Mau dikemanakan itu prinsip 'Zero Enemy Thousand Friends'?" tutur Hasanuddin.
Seperti diberitakan, media lokal di Korsel melaporkan tiga orang diduga mencuri data rahasia militer Indonesia dari sebuah laptop anggota delegasi utusan khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat berkunjung ke Korsel beberapa hari yang lalu. Mereka diketahui menyalin data-data file menggunakan USB memory stick.
Para Pencuri Data Itu Agen Korsel
SEOUL, KOMPAS.com — Pencuri data sensitif di komputer milik delegasi tingkat tinggi
Pemerintah Indonesia di sebuah kamar hotel di Seoul, Korea Selatan, adalah agen intelijen negara itu, menurut laporan harian Chosun Ilbo, Senin (21/2/2011).
Harian tersebut memberitakan, sejumlah anggota Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan (Korsel) memasuki sebuah kamar hotel, tempat delegasi tingkat tinggi Indonesia menginap, untuk mencuri informasi sensitif tentang kesepakatan terkait dengan penjualan senjata. Seorang juru bicara NIS dilaporkan telah membantah laporan yang dimuat halaman depan harian itu, tetapi menolak untuk membuat elaborasi.
Pencurian pada minggu lalu itu telah dilaporkan, tetapi Chosun merupakan harian pertama yang menyatakan bahwa anggota NIS yang melakukannya.
Delegasi Indonesia beranggota 50 orang pekan lalu berkunjung ke Seoul untuk membicarakan kerja sama ekonomi, termasuk kemungkinan pembelian jet tempur latih supersonik T-50 Golden Eagle milik Korsel dan sistem persenjataan lain.
"Para agen NIS, demi kepentingan nasional, berusaha untuk mencari tahu strategi negosiasi delegasi Indonesia. Tertangkap merupakan kesalahan yang tidak diinginkan," lapor Chosun yang mengutip seorang pejabat senior Seoul.
Harian itu mengatakan, sebanyak tiga agen memasuki sebuah kamar di Hotel Lotte, Rabu lalu. Dikatakan, ketiga orang itu kemudian meninggalkan kamar setelah dipergoki seorang anggota delegasi Indonesia saat mereka tengah melihat sebuah laptop milik seorang pembantu Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa.
Insiden tersebut menyebabkan pergunjingan di kalangan diplomatik di Seoul, kata Chosun. Sekelompok pejabat NIS, Kamis lalu, mendatangi kantor polisi Namdaemun di Seoul tengah lalu mengambil semua bukti, termasuk rekaman CCTV hotel, lapor harian Munhwa Ilbo. "Mereka datang ke kantor polisi dan mengambil semuanya... kualitas rekaman CCTV sangat baik sehingga tidak sulit untuk mengidentifikasi para penyusup," kata seorang polisi, yang dikutip Munhwa.
sumber : kompas.com